Liputan6.com, Jakarta – DPR RI VI Nusron Wahid meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Eric Thuhir mengenakan biaya khusus kepada perusahaan yang menyediakan layanan media over the top (OTT), seperti menonton konten streaming di YouTube misalnya. Direkomendasikan. Hal itu disampaikan dalam rapat kerja bersama Kementerian BUMN pada Senin, 13 Februari 2023.

Menurutnya, perusahaan telekomunikasi juga membangun infrastruktur digital dengan biaya murah. Oleh karena itu, Nasron Waheed menganggap tarif juga akan dikenakan kepada penyedia layanan OTT.

Baca juga

Dikutip Nisroun Waheed, Nisroun Waheed mengatakan pada Selasa (14 Februari 2023): “Menteri BUMN harus membayar pada rapat kabinet untuk mendorong Menteri Komunikasi dan Informatika menetapkan kebijakan OTT. YouTube dan lainnya.).

Sebagai perbandingan, dia mencontohkan perusahaan jalan tol yang menghabiskan banyak uang untuk pembangunan jalan tol dan kemudian mendapat keuntungan dari tol.

Dia mengatakan, “Kalau truk yang masuk jalan tol tidak bayar, bagaimana bisa dijual tanpa membayar segala macam iklan? Kalau ini dipaksakan, aliran pendapatan termasuk Telkomsell akan meningkat.”

Nusron juga menyoroti kinerja Telkomsel yang tertinggal dari ekspansi bisnis PT Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH).

Itu karena tahun lalu Telkomsel hanya membangun 1.000 menara. Sementara itu, IOH telah membangun 6.000 menara BTS (Buy-to-Service) selain 3.000 menara milik Miratel yang juga mencatatkan IOH.

“Saya membayangkan dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, Telkomsel, kekuatan dominan di dunia seluler saat ini, akan kehilangan pijakan dan disusul oleh IOH. Bukan dalam 10 hingga 15 tahun, tetapi dalam lima tahun ke depan,” ujarnya.

Studi sebelumnya menunjukkan konsumsi over the top content (OTT) di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, dengan peningkatan 40%.

Hal itu terungkap dalam penelitian berjudul The Future of Television yang dilakukan Departemen Perdagangan AS terhadap 6.700 konsumen di Filipina, Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia.

Semua peserta berusia 16 tahun ke atas mengikuti survei tentang kebiasaan konsumsi media mereka pada November 2021.

Mengutip keterangan resmi pada Selasa (22 Maret 2022), Biro Perdagangan menemukan bahwa 1 dari 3 orang Indonesia menonton konten OTT, menghabiskan 3,5 miliar jam konten setiap bulannya.

Indonesia adalah pemimpin dalam konsumsi OTT di Asia Tenggara, dengan peningkatan konsumsi sebesar 40% setiap tahunnya.

Pasalnya, OTT merupakan salah satu platform hiburan yang paling diminati masyarakat untuk menonton tayangan favoritnya dan dapat diakses melalui berbagai perangkat kapanpun dan dimanapun.

Selain itu, jumlah penonton OTT berbasis iklan terus bertambah seiring meningkatnya permintaan konten on-demand, dan studi menemukan bahwa lebih dari 50 juta penonton Indonesia mengandalkan iklan berbasis OTT.

Indonesia juga merupakan pasar paling dermawan di Asia Tenggara. 42% orang Indonesia ingin menonton 4 iklan atau lebih setiap jam untuk mendapatkan konten gratis.

Dengan jutaan orang mengandalkan konten yang didukung iklan, OTT juga merupakan saluran penting bagi merek untuk bersaing memperebutkan perhatian konsumen yang sangat terbatas.

Studi ini juga menemukan bahwa konten OTT premium yang dibuat dengan ahli memberikan keuntungan bagi merek.

Secara khusus, ingatan merek dari iklan OTT secara signifikan meningkatkan pemirsa OTT merek yang diiklankan sebesar 35%, dibandingkan dengan hanya 23% pada tahun sebelumnya.

Florencia Eka, Direktur Kementerian Perdagangan RI, mengatakan konsumen mulai aktif beralih ke cara baru dalam mengonsumsi konten. Ini berarti pengiklan modern perlu mengembangkan strategi baru untuk menjangkau mereka.

“OTT memungkinkan merek menjangkau audiens dengan presisi dan presisi yang lebih tinggi karena mereka dapat memanfaatkan data untuk menjalankan kampanye OTT yang tidak dapat dilakukan oleh TV tradisional,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *