Rencana Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan fasilitas perawatan primer patut dipuji. Kementerian Kesehatan akan melakukan banyak hal, termasuk merevitalisasi seluruh puskesmas dan posyandu di 300.000 desa kecil (.id, 22 Februari 2023).
Dengan menambah fasilitas, peralatan dan tenaga medis yang banyak kekurangan Puskesmas, pelayanan di seluruh Puskesmas di tanah air akan menjadi standar.
Misalnya, semua puskesmas memiliki peralatan ultrasound dan peralatan laboratorium untuk menguji berbagai jenis penyakit seperti tuberkulosis, malaria, dan HIV.
Kisaran inokulasi akan diperluas lebih lanjut untuk 14 antigen yang divaksinasi kepada anak-anak, seperti vaksin konjugat pneumokokus (PCV), vaksin rotavirus, dan vaksin human papillomavirus (HPV).
Mulai dari ibu hamil, anak-anak, anak-anak dan dewasa hingga lansia, pengguna layanan juga akan semakin lengkap.
Namun, fungsi utama puskesmas tetap memperkuat dan melindungi jalur. Sedangkan tanggung jawab pelayanan pemulihan atau pengobatan ada di tangan rumah sakit, mulai dari tingkat lokal, regional, dan pusat.
Tak hanya itu, sesuai regulasi BPJS, pelayanan pendaftaran dan rujukan di faskes bersama justru dilakukan secara online oleh banyak puskesmas sehingga lebih cepat dan mengurangi antrian panjang.
Jika rencana ini berjalan lancar, masyarakat akan semakin memudahkan peserta BPJS untuk mengakses pelayanan kesehatan berkualitas di tingkat dasar dengan biaya yang terjangkau.
Jika pemerintah daerah ikut berpartisipasi, maka fisik bangunan dan fasilitas fasilitas kesehatan dasar seperti Puskesmas akan semakin bersinar, dan akan sama miskinnya dengan rumah sakit swasta.
Kesimpulannya, masyarakat di mana pun di negara ini akan memiliki akses yang lebih baik dan lebih setara ke perawatan kesehatan dasar dalam waktu dekat.
masalah rumah sakit
Masalah yang lebih besar muncul dengan tingkat pelayanan yang lebih tinggi, yaitu rumah sakit pemerintah. Semakin tinggi level rumah sakit, semakin tinggi hambatannya.
Setidaknya dua hambatan untuk meningkatkan pelayanan di tingkat menengah dan tinggi adalah spesialis dan peralatan medis.
Diketahui, jumlah dokter spesialis banyak spesialisasi sangat terbatas dibandingkan dengan permintaan. Hal yang sama berlaku untuk peralatan medis yang sangat canggih.
Tanpa data yang lengkap, keterbatasan dokter spesialis dan peralatan medis terlihat dari panjangnya antrean pasien untuk mendapatkan layanan tersebut.
Pasien yang mendaftar secara online untuk konsultasi dengan beberapa dokter spesialis di rumah sakit peserta BPJS dapat mengalami waktu proses yang lebih lama, hingga beberapa minggu.
Pendaftaran online belum tersedia, sehingga pasien yang datang langsung ke rumah sakit atau ke lokasi harus antre pagi-pagi sekali.
Namun, jika kapasitas pendaftaran individu di klinik tujuan habis, Anda harus datang lebih awal di hari lain. Ini cukup merepotkan bagi pasien yang tinggal jauh dari halaman rumah sakit.
Demikian pula, Anda mungkin harus menunggu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk layanan pemeriksaan yang menggunakan peralatan canggih seperti magnetic resonance imaging (MRI).
Pasien yang ingin segera mendapatkan hasil tes karena tingkat keparahan penyakit yang tinggi harus menggunakan rumah sakit swasta atau berobat ke luar negeri.
Pasien yang tidak memiliki banyak uang harus menerima nasibnya untuk pemeriksaan jangka panjang atau operasi, atau mencoba pengobatan alternatif.
Yang dijelaskan di atas adalah masalah klasik yang semakin hari semakin serius.
Tanpa terobosan yang efektif, sebagian masyarakat masih akan kesulitan berobat di dalam negeri, meski biayanya murah, karena Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah ada dan BPJS sudah tidak mampu lagi.
Kami berharap otoritas kesehatan, khususnya Kementerian Kesehatan dan BPJS, menyelesaikan masalah pengobatan tingkat tersier ini dengan bijak dan cepat.