Keluar dari mulut harimau dan masuk ke mulut buaya adalah contoh yang sangat tepat untuk menggambarkan nasib penduduk di ujung Jakarta. Setelah penggunaan air tanah dilarang di Jakarta, ratusan rumah tangga di Jakarta Utara mengeluhkan tingginya tarif pipa air.
Suharti adalah salah satunya. Wanita paruh baya dari Maronda-Kibo ini adalah salah satu pelanggan pipa air kami. Ia mengeluhkan kepada tim Angles bahwa harga air per meter kubik terlalu tinggi. Tidak hanya tinggi, debit air yang mengalir dari keran juga tidak besar, kata Saharti.
“Kadang kita ada air hujan, terus kita tampung. Makanya gampang bayar air. Bukan cuma saya, tapi hampir semua warga di sini. Lumayan cuci pakai air hujan, jadi gampang bayar air. ,” kata Suharti kepada tim Angles. ., Senin (4 Maret 2023).
Soeharti mengatakan, dirinya dan beberapa warga di sekitarnya sudah menjadi klien pengguna pipa PD PAM Jaya di Kecamatan Marunda Kibo. Warga yang bekerja sebagai pekerja paruh waktu dan nelayan harus membayar rata-rata 7.000 won per meter kubik air.
“Ya Rp 7.100 per meter kubik. Semua ini berasal dari 210 pelanggan,” ujarnya.
Denny, warga Blok C Rusunawa Maronda, mengeluh harus mengeluarkan Rp 5.500/MW per bulan. Namun, masalah Denny sama dengan Suharti, dia sering tidak bisa memasak atau mencuci sendiri karena aliran air yang tidak menentu. “Ya benar. Harganya memang tinggi dan utang airnya rendah,” kata Denny.
Terkait hal itu, Pandaputan Shinaga, Ketua Pansus Air Minum Jakarta mengaku baru mendengar permasalahan yang dikeluhkan warga. Menurutnya, harga pipa air berbeda-beda, namun tidak terlalu mahal.
“Nanti kami cek,” katanya, “karena kami mengambil air minum yang masuk ke sana tergantung daerah atau komunitas di mana harga airnya.”
Seharusnya tidak mahal (lihat halaman berikutnya).