Pemerintah mengalokasikan sekitar Rp 500 triliun untuk pengentasan kemiskinan. Paradoksnya, anggaran sebesar itu tidak dimanfaatkan secara maksimal, bahkan terkadang hanya untuk pertemuan di hotel.

Sekretaris Bank Dunia Abdullah Azur Anas mengatakan banyak lembaga, khususnya di kawasan, memiliki program anti kemiskinan yang tidak berdampak penuh.

“Misalnya, ada studi banding tentang kemiskinan, dan program kemiskinan di hotel sudah sering diposting. Memang ada, tapi tidak Rp 500 triliun. Presiden ingin anggaran saat ini digunakan untuk program yang hari ini Minggu (Januari). 29, 2023).

Anas juga menambahkan tentang perjalanan dinas berdasarkan data Kementerian Keuangan. Pada tahun 2022 akan mencapai puluhan triliun. Menurutnya, ini dihitung dan dicatat. Apa yang perlu dan apa yang tidak. Misalnya di Kementerian PAN dan RB untuk mensosialisasikan kebijakan setingkat menteri, hampir semuanya ada di Internet. Departemen Administrasi Negara dan Reformasi Birokrasi setiap hari mengadakan forum konsultasi berbagai topik dengan contact person yang dapat dihubungi.

“Kami menggerakan semuanya secara online agar seluruh wilayah lebih nyaman, dan tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta untuk berkonsultasi. Reformasi birokrasi dengan topik kemiskinan. Ada 5-10 orang. Itu hanya satu Bumi. 10 distrik bisa datang setiap hari. berapa biayanya Jadi sekarang kami online untuk konsultasi,” ujarnya.

Ia menambahkan, sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah/SAKIP dan indikator reformasi birokrasi yang dievaluasi oleh departemen PANRB mulai tahun 2023, evaluasinya tidak hanya pada akhir tahun. Namun, sejak awal bola sudah dikuasai Kementerian PANRB.

Anas mencontohkan keterbelakangan yang dimasukkan sebagai variabel untuk menilai kinerja reformasi birokrasi di pemerintah daerah sebagai bagian dari ekosistem anti kemiskinan, namun tidak dinilai pada akhir tahun 2023. Saya akan memeriksa dengan Home Minister Park. Tito Carnavian. Jangan menunggu program sampai kerangka logis tersedia, dan jangan membeli suplemen nutrisi setiap hari dan melakukan kegiatan sosialisasi nutrisi.”

Ia juga memaparkan program reformasi Penanggulangan Kemiskinan Birokrasi (RB) sebagai dukungan penguatan tata kelola birokrasi untuk mencapai tujuan penurunan kemiskinan hingga 7% pada tahun 2024.

“Arahan Presiden Jokowi menyebutkan bahwa program birokrasi harus berjalan maksimal, salah satunya adalah pengentasan kemiskinan,” kata Anas.

Menurut data BPS per September 2022, angka kemiskinan di Indonesia sebesar 9,57%, turun dari 9,71% pada September 2021.

“Target kemiskinan 2024 adalah 7%. Artinya, mengacu pada data September 2022, kita perlu mengurangi kemiskinan minimal 1,2% per tahun selama dua tahun ke depan untuk mencapai 7% pada 2024. ” Anas berkata: ” Ini bukan tugas yang mudah.

“Oleh karena itu, Presiden Jokowi telah menginstruksikan seluruh komponen pemerintahan, mulai dari pusat hingga daerah, untuk bekerja secara harmonis.

“Dalam konteks Kemenpan RB, kami bertanggung jawab atas tata kelola birokrasi. Maka mulai tahun ini, salah satu langkahnya adalah dengan melakukan evaluasi reformasi birokrasi yang lebih fokus melalui isu-isu tematik, salah satunya kemiskinan. . Ada mitigasinya” ucapnya.

Anas meyakini reformasi birokrasi yang obyektif akan mengungkap aspek tata kelola untuk pengentasan kemiskinan melalui perbaikan proses bisnis, perbaikan data, perbaikan regulasi/kebijakan, reorganisasi program/kegiatan, dukungan IT melalui sistem e-government/SPBE dan akan segera diberikan. .

Dia menegaskan, arahan Presiden Jokowi menegaskan kembali bahwa semua program terkait kemiskinan harus dikoordinasikan secara terpusat di daerah. Anggaran terkait kemiskinan dengan seluruh ekosistem yang tersedia sebesar Rp 500 triliun diharapkan berdampak lebih besar terhadap pengentasan kemiskinan.

“Departemen PARB memperkuat tata kelola birokrasi dengan berbagai regulasi lingkungan hidup sesuai mandatnya. Reformasi birokrasi penanggulangan kemiskinan juga telah mencanangkan pilot project di tiga provinsi dan sembilan kabupaten/kota,” ujarnya.

Anas menambahkan, Depnaker juga memberikan model kerangka logis bagi dinas-dinas daerah untuk kemiskinan substantif. “Menginstruksikan kepada presiden untuk tidak membelanjakan anggaran terkait kemiskinan pada isu-isu yang tidak secara langsung mempengaruhi pengentasan kemiskinan, termasuk seringnya seminar dan sosialisasi terpusat program-program kota besar yang harus direduksi menjadi alternatif virtual,” ujarnya.by admin Arwana99.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *